Dalam ilmu komunikasi, semiotika menjadi pendekatan penting dalam memahami bagaimana tanda bekerja untuk menyampaikan makna. Metode ini memungkinkan peneliti mengkaji pesan tersembunyi dalam teks, gambar, simbol, hingga budaya populer. Dengan mempelajari semiotika, kita dapat memahami bagaimana makna dibentuk, dikonstruksi, dan dipersepsikan dalam berbagai konteks komunikasi.
Semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Dua tokoh utama dalam kajian ini adalah Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce. Saussure mengemukakan bahwa tanda terdiri dari signifier (penanda) dan signified (petanda), di mana penanda adalah bentuk fisik tanda, sedangkan petanda adalah konsep yang dikaitkan dengannya. Sementara itu, Peirce mengklasifikasikan tanda menjadi ikon (kemiripan dengan objeknya), indeks (hubungan sebab-akibat), dan simbol (makna berdasarkan konvensi).
Dalam penelitian komunikasi, semiotika digunakan untuk menganalisis berbagai media, termasuk iklan, film, dan media sosial. Misalnya, dalam iklan, kombinasi visual dan verbal membentuk makna tertentu yang dapat memengaruhi persepsi audiens. Di media sosial, penggunaan emoji, meme, dan simbol mencerminkan tren budaya yang berkembang.
Salah satu model analisis semiotika yang berpengaruh adalah teori Roland Barthes, yang membedakan makna dalam dua tingkat: denotasi (makna harfiah) dan konotasi (makna yang dipengaruhi budaya dan ideologi). Pendekatan ini sering digunakan untuk mengungkap bagaimana media membentuk persepsi sosial melalui representasi tertentu.
Dengan perkembangan media dan teknologi, semiotika terus menjadi alat analisis yang relevan. Pendekatan ini membantu memahami bagaimana komunikasi membentuk realitas sosial dan bagaimana makna dikonstruksi serta dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari.