Self-diagnose atau mendiagnosis diri sendiri adalah praktik di mana seseorang mencoba untuk menentukan kondisi medis atau psikologisnya tanpa konsultasi dengan profesional kesehatan. Sementara ada banyak informasi kesehatan yang dapat diakses secara online, self-diagnosis dapat berisiko dan sering kali tidak akurat karena beberapa alasan:
Pertama, kurangnya pengetahuan medis. Profesional kesehatan, seperti dokter, memiliki pelatihan bertahun-tahun untuk memahami kompleksitas berbagai penyakit dan kondisi. Mereka juga memiliki akses ke alat diagnostik yang tidak tersedia untuk umum.
Kedua, bias konfirmasi. Orang cenderung mencari informasi yang mengonfirmasi apa yang mereka yakini atau khawatirkan. Ini bisa menyebabkan mereka mengabaikan informasi penting yang bertentangan dengan kesimpulan mereka.
Ketiga, kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan. Self-diagnosis sering kali dapat menyebabkan kecemasan berlebihan. Membaca tentang berbagai penyakit secara online dapat membuat seseorang percaya bahwa mereka memiliki kondisi serius ketika sebenarnya mereka hanya mengalami gejala umum yang tidak berbahaya.
Keempat, mengabaikan gejala serius. Sebaliknya, seseorang mungkin mengabaikan gejala serius karena salah mendiagnosis dirinya sendiri dengan kondisi yang kurang serius. Ini bisa menyebabkan keterlambatan dalam mendapatkan perawatan yang diperlukan.
Kelima, pengobatan yang tidak tepat. Berdasarkan self-diagnosis, seseorang mungkin memilih pengobatan sendiri yang tidak sesuai atau bahkan berbahaya. Penggunaan obat-obatan tanpa resep atau terapi alternatif tanpa panduan profesional dapat menyebabkan efek samping atau memperburuk kondisi.