Seksual trauma adalah pengalaman traumatis yang timbul akibat pelecehan atau kekerasan seksual. Trauma ini berdampak signifikan pada aspek psikologis dan medis seseorang, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Trauma seksual mempengaruhi kesehatan mental dan perilaku korban. Dampaknya bervariasi tergantung usia, pengalaman sebelumnya, dan dukungan sosial yang tersedia.
Dampak Psikologis:
- Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD): Munculnya kilas balik, mimpi buruk, dan perasaan takut yang terus-menerus.
- Depresi dan Kecemasan: Kesedihan berkepanjangan, kehilangan minat, perasaan tidak berharga, dan kecemasan berlebih.
- Gangguan Kepercayaan dan Hubungan: Sulit membangun hubungan dekat karena trauma emosional dan ketidakpercayaan.
- Disosiasi: Merasa terlepas dari kenyataan atau tubuh sendiri, sebagai mekanisme pertahanan diri.
- Rasa Bersalah dan Malu: Korban sering menyalahkan diri sendiri atas kejadian tersebut.
- Perilaku Berisiko: Penggunaan zat terlarang, perilaku seksual berisiko, atau melukai diri sendiri sebagai bentuk pelarian.
Trauma seksual juga memiliki konsekuensi fisik yang perlu ditangani secara medis.
Dampak Fisik dan Medis:
- Cedera Fisik: Luka, memar, atau trauma pada area genital dan tubuh lainnya.
- Infeksi Menular Seksual (IMS): Risiko tertular HIV, HPV, gonore, klamidia, dan sifilis.
- Masalah Reproduksi: Gangguan menstruasi, nyeri panggul kronis, atau komplikasi kehamilan.
- Disfungsi Seksual: Kesulitan dalam fungsi seksual akibat trauma.
- Masalah Tidur: Insomnia, mimpi buruk, dan gangguan tidur lainnya.
- Gangguan Psikosomatis: Gejala fisik seperti sakit kepala dan nyeri otot yang dipicu oleh stres psikologis.